Asap Hitam di Vatikan: Konklaf Belum Hasilkan Paus Pengganti Fransiskus

- Editor

Jumat, 9 Mei 2025 - 03:08 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Para kardinal berkumpul di Kapel Sistina, Vatikan, untuk memulai proses konklaf dalam rangka memilih Paus pengganti Fransiskus, Rabu (7/5/2025) (Foto: Istimewa).

Para kardinal berkumpul di Kapel Sistina, Vatikan, untuk memulai proses konklaf dalam rangka memilih Paus pengganti Fransiskus, Rabu (7/5/2025) (Foto: Istimewa).

GASINGNEWS.COM, VATIKAN  – Proses konklaf yang digelar untuk memilih Paus baru sebagai pengganti Paus Fransiskus resmi dimulai pada Rabu, 7 Mei 2025.

Namun hingga malam hari waktu setempat, belum ada kesepakatan di antara para kardinal, yang ditandai dengan mengepulnya asap hitam dari cerobong Kapel Sistina, Vatikan.

Asap hitam yang keluar sekitar pukul 21:00 waktu Roma atau pukul 02:00 WIB itu menjadi penanda kuat bahwa belum ada nama yang disepakati dalam pemungutan suara tahap awal.

ADVERTISEMENT

ads

SCROLL TO RESUME CONTENT

Ribuan umat Katolik yang berkumpul di Alun-Alun Santo Petrus pun menahan napas dan tetap menunggu dengan penuh harap akan munculnya asap putih sebagai tanda terpilihnya pemimpin baru Gereja Katolik.

Salah seorang peziarah asal Brasil, Carolina Alves (45), mengatakan bahwa dirinya sudah dua hari berada di Vatikan.

“Saya datang bersama keluarga, ingin menyaksikan momen bersejarah ini. Kami percaya Roh Kudus akan membimbing para kardinal untuk memilih sosok terbaik,” ucapnya penuh haru kepada media lokal.

Proses Pemilihan Paus: Tradisi Sejak Abad ke-13

Konklaf adalah tradisi Gereja Katolik yang sudah berlangsung sejak abad ke-13.

Kata “konklaf” berasal dari bahasa Latin cum clave, yang berarti “dengan kunci”, merujuk pada praktik mengurung para kardinal dalam suatu ruangan tertutup agar mereka tidak dipengaruhi dari luar dalam proses pemilihan.

Sistem modern konklaf mulai diterapkan pada tahun 1268 setelah wafatnya Paus Klemens IV.

Kala itu, proses pemilihan berlangsung sangat lama, yakni 1.006 hari atau hampir tiga tahun.

Ini menjadi konklaf terlama dalam sejarah Gereja Katolik, dan menjadi alasan utama reformasi besar dalam prosedur pemilihan Paus.

Sebaliknya, konklaf tercepat dalam sejarah modern terjadi pada tahun 1978.

Hanya dalam waktu 33 jam, para kardinal berhasil memilih Paus Yohanes Paulus I setelah wafatnya Paus Paulus VI. Pemilihan cepat ini mencerminkan konsensus luar biasa di antara para kardinal saat itu.

Masa Transisi Setelah Paus Fransiskus

Paus Fransiskus, yang terpilih pada tahun 2013 menggantikan Paus Benediktus XVI, mengumumkan pengunduran dirinya pada awal 2025 karena alasan kesehatan.

Kepemimpinannya selama 12 tahun dikenang karena fokusnya pada isu keadilan sosial, dialog antaragama, dan pembaruan Gereja.

Kepergian Fransiskus meninggalkan kekosongan yang signifikan di tubuh Gereja Katolik.

Oleh karena itu, konklaf kali ini dipandang krusial, karena dunia Katolik sedang menantikan arah baru yang akan diambil oleh Paus penerusnya.

Tantangan yang dihadapi Gereja saat ini sangat kompleks: mulai dari skandal internal, pergeseran demografi umat, hingga tantangan modernisasi di tengah dunia digital.

Menanti Asap Putih, Menanti Harapan Baru

Tradisi visual asap hitam dan asap putih dari cerobong Kapel Sistina telah menjadi simbol yang melekat dalam proses konklaf.

Jika para kardinal berhasil mencapai dua pertiga suara untuk seorang kandidat, maka asap putih akan mengepul, menandai terpilihnya Paus baru.

Setelah itu, lonceng Basilika Santo Petrus akan berdentang, dan pengumuman resmi “Habemus Papam” akan disampaikan dari balkon utama.

Hingga saat ini konklaf masih berlangsung secara tertutup.

Nama-nama yang disebut-sebut sebagai kandidat kuat antara lain Kardinal Matteo Zorzi dari Italia, Kardinal Luis Tagle dari Filipina, serta Kardinal Peter Turkson dari Ghana.

Namun, hasil akhir sepenuhnya bergantung pada dinamika internal konklaf yang hanya diketahui oleh para kardinal peserta.

Sejarah Terus Ditulis

Proses pemilihan Paus selalu menjadi perhatian dunia, bukan hanya umat Katolik.

Sebagai pemimpin spiritual lebih dari 1,3 miliar umat, Paus baru akan membawa pengaruh besar baik secara religius maupun geopolitik.

Dalam sejarahnya, Gereja Katolik telah menunjukkan kemampuannya untuk terus beradaptasi melalui pemimpin-pemimpinnya.

Sementara dunia menanti dengan penuh penasaran, asap hitam pada malam Rabu menjadi pengingat bahwa proses ini bukan sekadar formalitas, melainkan pergulatan rohani dan moral yang mendalam di balik dinding-dinding Kapel Sistina (*).

Editor: Arya Rahman

Berita Terkait

Dewan Pers Ingatkan Istana: Kebebasan Jurnalistik Harus Dijunjung Tinggi
Brigjen Pol. Djuhandhani Resmi Jabat Kapolda Sulsel, Gantikan Irjen Pol. Rusdi Hartono
PSM Makassar Tumbangkan Persija 2-0
Presiden Prabowo Lantik Djamari Chaniago Jadi Menko Polkam Gantikan Budi Gunawan
Presiden Prabowo Ucapkan Terima Kasih pada Lima Menteri yang Direshuffle
Persita Raih Kemenangan Perdana, PSM Makassar Telan Kekalahan Pertama
Kunjungi Mapolrestabes Makassar, Yusril: Hak Tersangka Harus Tetap Dijamin
Sosialisasi Pemilihan Ketua RT/RW Makassar Diundur
Berita ini 4 kali dibaca
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments

Berita Terkait

Kamis, 29 Mei 2025 - 00:43 WIB

Kuasa Hukum Soroti Prosedur Penahanan Polsek Karang Baru: Dugaan Pelanggaran dan Penolakan Restorative Justice

Kamis, 24 April 2025 - 18:08 WIB

3 Unit Lapak Ludes Dilalap Api Di Pasar Tokarau Kecamatan Sa’dan

Berita Terbaru