GASINGNEWS.ID – Pembalap Ducati Lenovo, Marc Marquez, akhirnya membenarkan anggapan sejumlah pengamat MotoGP yang menyebut gaya balapnya seperti orang kesurupan.
Pernyataan itu ia sampaikan usai tampil dalam MotoGP Amerika 2025, di mana ia kembali menunjukkan performa agresif dan penuh determinasi meski harus terjatuh karena melewati kerb yang terlalu licin.
“Memang benar bahwa beberapa pembalap mengalami kesurupan, itu berarti mereka sangat berkonsentrasi,” ujar Marquez dalam wawancara dengan Motorsport, dikutip dari Corsedimoto via BolaSport.com.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
“Biasanya, ketika saya mengalami hal tersebut, saya tidak merasakan risikonya.” imbuhnya.
Pernyataan Marquez itu seolah mengamini pendapat dari pengamat MotoGP Carlo Pernat dan juga mantan Presiden FIM, Vito Ippolito.
Dalam sebuah opini pada 2018, Ippolito menulis bahwa ada momen saat pembalap menjadi sangat terobsesi pada tujuan hingga tak melihat ke kanan dan kiri.
Fokus itu, menurut Marquez, adalah kondisi mental di mana dirinya hanya memikirkan satu hal: menang.
“Berpikir setengah detik saja bisa membuat Anda kehilangan satu detik per lap. Karena Anda harus sangat tepat, tidak hanya dalam pengereman, tetapi juga dalam posisi tubuh,” ungkap Marquez.
Marquez mengenang bagaimana pengalaman tersebut sudah ia rasakan sejak masih memperkuat Repsol Honda.
Ia bahkan menyebut tahun-tahun terakhir bersama Honda sebagai masa sulit, di mana fokusnya mudah terganggu karena performa motor yang tidak kompetitif.
“Tiga atau empat tahun lalu, saat saya finis di urutan ke-10 atau ke-12, terkadang saya memikirkan hal lain,” ungkap pembalap asal Cervera, Spanyol itu. “Tetapi ketika Anda berada di tiga besar, Anda hanya memikirkan balapan.”
Kini bersama Ducati, Marquez merasa memiliki senjata yang mumpuni untuk kembali ke papan atas.
Ia menyadari bahwa untuk menjadi juara, fokus total menjadi kunci.
Tanpa itu, setiap detik bisa menjadi kerugian yang fatal.
Dengan pengakuan ini, Marc Marquez bukan hanya menunjukkan sisi emosional seorang juara, tetapi juga mengungkap bagaimana kondisi mental ekstrem bisa menjadi senjata utama dalam dunia balap motor yang penuh tekanan (**).
Arya| Editor: Yudi Kurniawan