GASINGNEWS.COM, WASHINGTON – Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump kembali menuai kontroversi setelah mengumumkan rencananya untuk membuka kembali Penjara Alcatraz, yang telah ditutup sejak 1963.
Keputusan mengejutkan ini disampaikan Trump melalui unggahan media sosial pada Minggu (4/5), dan langsung memicu gelombang kritik dari publik dan pengamat kebijakan.
Dalam unggahan tersebut, Trump memerintahkan Biro Penjara Federal (BOP), Departemen Kehakiman, FBI, dan Departemen Keamanan Dalam Negeri untuk segera membuka kembali Alcatraz sebagai penjara supermaksimum guna menampung “pelaku kejahatan paling kejam dan brutal”.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Ia menyebut Alcatraz sebagai simbol kekuatan hukum dan ketertiban.
Namun, publik merespons dengan sinisme dan sindiran tajam.
Banyak pengguna media sosial menduga bahwa ide Trump untuk membangkitkan kembali penjara legendaris itu muncul setelah menonton film Escape from Alcatraz yang dibintangi Clint Eastwood, yang ditayangkan di Florida Selatan pada Sabtu malam (3/5).
Kebetulan, Trump berada di resor mewah Mar-a-Lago yang terletak di wilayah tersebut pada waktu yang sama.
“Mungkinkah Trump menonton film tersebut dan terhanyut di dalamnya? Yang mendorongnya pada apa yang disebut gagasan cemerlang untuk membangun kembali Alcatraz?” tulis pengguna X dengan nama @HansonRitta.
“Apakah kita mendapatkan kebijakan Amerika dari acara televisi?” sindir akun lainnya, @MatthewSpira.
Komentar bernada sarkastik terus bermunculan, menyebut rencana tersebut sebagai “keputusan spontan akibat bosan mengganti-ganti saluran televisi”.
Trump sendiri tak menampik kemungkinan inspirasi dari film tersebut.
Dalam konferensi pers di Ruang Oval Gedung Putih pada Senin (5/5), ia mengatakan, “Saya kira saya seharusnya menjadi pembuat film. Alcatraz melambangkan sesuatu yang sangat kuat dan sangat berkuasa dalam hal hukum dan ketertiban.”
Pernyataan tersebut hanya memperkuat persepsi bahwa kebijakan ini lebih bersifat teatrikal daripada strategis.
Apalagi, klaim Trump mengenai sejarah Alcatraz turut dikritik.
Ia menyebut bahwa “tidak ada yang pernah berhasil kabur” dari Alcatraz dan bahwa para pelarian dimangsa hiu, meski BOP menyatakan bahwa “tidak ada hiu pemakan manusia di Teluk San Francisco”.
Penjara Alcatraz ditutup pada tahun 1963 karena biaya operasional yang tinggi dan kondisi fasilitas yang memburuk.
Selain menjadi situs bersejarah, Alcatraz kini merupakan destinasi wisata populer yang dikelola oleh National Park Service.
Direktur baru BOP, William Marshall, menyatakan bahwa pihaknya akan “giat mengupayakan semua cara untuk mendukung dan melaksanakan agenda Presiden”, namun belum ada rincian anggaran atau studi kelayakan terkait rencana tersebut.
Beberapa pengamat memperkirakan proyek ini bisa menelan biaya hingga setengah miliar dolar AS.
Aktivis hak sipil dan kelompok kebijakan publik mempertanyakan urgensi rencana ini di tengah banyaknya tantangan nyata dalam sistem pemasyarakatan AS, seperti kepadatan napi, kekerasan di penjara, dan kebutuhan reformasi sistemik.
Mereka menyebut rencana Trump sebagai “langkah mundur ke masa lalu” dan “politik simbolis yang mengabaikan solusi nyata”.
Seiring kritik terus mengalir, masih belum jelas apakah rencana pembukaan kembali Penjara Alcatraz akan terealisasi atau hanya menjadi bagian dari narasi politik menjelang pemilu.
Namun yang pasti, langkah ini telah menambah daftar panjang kebijakan Trump yang memicu debat publik secara luas (*).
Editor: Arya Rahman