GASINGNEWS.COM, PAKISTAN — Ketegangan militer antara India dan Pakistan kembali memuncak setelah India meluncurkan rudal ke tiga pangkalan udara strategis Pakistan pada Sabtu (10/5/2025).
Menyikapi situasi kritis ini, Perdana Menteri Pakistan, Shehbaz Sharif, segera memanggil Otoritas Komando Nasional (National Command Authority/NCA), lembaga yang memiliki kewenangan tertinggi dalam pengambilan keputusan strategis, termasuk pengendalian persenjataan nuklir negara.
Menurut laporan Al Jazeera, serangan rudal India menyasar tiga pangkalan udara utama di Pakistan.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Pangkalan udara Nur Khan di Rawalpindi, pangkalan udara Rafiqui di Shorkot, dan pangkalan udara Murid di Chakwal.
Lokasi terakhir ini hanya berjarak sekitar 120 kilometer dari ibu kota Islamabad, menandai eskalasi yang mengkhawatirkan di tengah konflik yang sudah memanas sejak akhir April.
Pangkalan udara Nur Khan diketahui sering digunakan oleh pejabat tinggi Pakistan dan tamu negara asing.
Bahkan sehari sebelum serangan, men Luar Negeri Arab Saudi, Adel al-Jubeir, diketahui mendarat di pangkalan tersebut untuk kunjungan resmi ke Pakistan.
Belum diketahui secara pasti kerusakan yang ditimbulkan akibat serangan rudal India.
Namun, sebagai langkah responsif, pemerintah Pakistan langsung menutup wilayah udaranya dan mengumumkan peluncuran Operasi Bunyanun Marsoos.
Dalam operasi balasan tersebut, militer Pakistan mengklaim telah menggempur pangkalan udara Udhampur dan menghancurkan landasan pacu militer Pathankot di wilayah India.
“Beberapa jam yang lalu, India telah menyerang pangkalan angkatan udara kami. Kami sebelumnya telah melakukan segala cara dalam mode defensif dan kami terpaksa membalas,” kata Menteri Luar Negeri Pakistan, Ishaq Dar, dikutip dari The Guardian.
Ketegangan antara dua negara bersenjata nuklir ini berawal dari serangan terhadap 26 turis di wilayah Kashmir pada 22 April lalu.
India menuduh kelompok militan yang berbasis di Pakistan bertanggung jawab atas serangan tersebut, tuduhan yang kemudian dibantah keras oleh Islamabad.
Sejak insiden itu, kedua negara telah terlibat dalam serangkaian aksi militer yang intens, termasuk baku tembak lintas perbatasan, serangan drone, dan peluncuran rudal.
Laporan dari berbagai media menyebutkan bahwa sejak 7 Mei, sedikitnya 48 orang tewas di kedua sisi perbatasan, meskipun angka ini belum dapat diverifikasi secara independen.
Pemanggilan Otoritas Komando Nasional oleh PM Shehbaz Sharif menjadi indikasi kuat bahwa Pakistan kini mempertimbangkan segala opsi, termasuk opsi strategis tingkat tinggi.
Walau belum ada informasi resmi dari pemerintah Pakistan mengenai isi dan hasil pertemuan dengan NCA, langkah ini menunjukkan tingkat kewaspadaan ekstrem dari Islamabad.
Ketegangan di Asia Selatan saat ini menjadi sorotan dunia internasional. Sejumlah negara besar menyerukan deeskalasi dan dialog diplomatik segera antara New Delhi dan Islamabad.
Namun, hingga berita ini diturunkan, belum ada tanda-tanda kedua pihak akan mundur dari posisi militernya (*).
Editor: Arya Rahman